BAB VI CARA PENGGUNAAN PEDANG

BAB VI CARA PENGGUNAAN PEDANG
Di Posting Oleh : NAMA BLOG ANDA (NAMA ANDA)
Kategori : PBB

BAB VI
CARA PENGGUNAAN PEDANG

Pasal 50
                  
(1)      Sikap membawa pedang waktu berdiri.     
a.       Pedang pada dasarnya digantungkan pada kaitan sabuk sebelah kiri.
b.       Dalam keadaan tidak mengijinkan pedang dapar dijinjing dengan tangan kiri memegang sarung pedang, satu lebaran tangan dibawah pelindung tangan/pangkal pegangan pedang menghadap lurus ke muka.
c.       Bila keadaan membutuhkan sikap sempurna mendadak tanpa aba-aba (atasan lewat) pedang dirapatkan lurus di samping badan. Sarung pedang dipegang tangan kiri (menggenggam seperti sikap sempurna).

(2)      Sikap membawa pedang waktu duduk (pedang tidak terhunus).
a.       Dalam keadaan istirahat:
1.       Pedang diletakan serong ke kiri dibagian depan badan.

2.       Punggung hulu pedang disandarkan pada lengan kiri dan dipegang oleh   tangan kiri.
3.       Ujung sarung pedang berada disamping bagian dalam kaki kanan tanpa menyentuh tanah, tali sarung pedang dapat tetap terkait pada kaitan sabuk atau dapat dilepas sesuai dengan keadaan.

          b.       Dalam keadaan siap.
1.       Tangan kanan memegang pelindung pedang, punggung tangan menghadap ke depan.
2.       Pedang dibawa berdiri tegak lurus di depan badan, ujung sarung pedang menyentuh tanah dan pelindung tangan menghadap lurus ke depan.
3.       Tangan kiri memegang dibawah cincin sarung pedang, bersamaan dengan itu tumit dirapatkan dan badan ditegakan.
4.       Tangan kanan menggenggam diletakan diatas ujung paha    kanan.

(3)      Sikap membawa pedang waktu berjalan.
          a.       Pada dasarnya digantungkan pada kaitan sabuk sebelah kiri.
b.       Dalam keadaan tidak mengijinkan, pedang dapat dijinjing dengan tangan kiri, memegang sarung pedang satu lebaran tangan di bawah pelindung tangan/pangkal pegangan pedang menghadap lurus ke muka.
                    Catatan : Pedang tidak boleh dihunuskan sembarangan.

Pasal 51

(1)          Menghunus pedang.
a.            Aba-aba: “HUNUS PEDANG = GERAK”.
b.           Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba peringatan tangan kiri dipindahkan memegang sarung pedang ± 10 cm di bawah cincin sarung pedang, jari-jari rapat, buku-buku jari menghadap ke depan. Tangan kanan menarik pedang ke luar selebar telapak tangan.
2.       Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menghunus pedang serong ke atas agak ke depan (± 15º), sehingga lengan lurus satu garis dengan pedang.       Mata pedang menghadap ke belakang. 
3.       Pedang dibawa tegak lurus di atas ke depan dagu sehingga genggaman tangan kanan berada lebih kurang satu kepal di depan dagu, mata pedang menghadap ke kiri.
4.       Punggung pedang diletakan di atas bahu kanan dengan tangan agar lurus diajukan ke depan dan setinggi bahu kanan.
5.       Genggaman tangan kanan dipindahkan ditulang pinggang kanan, siku-siku ke belakang dengan tidak terpaksa (wajar) dan tangan kiri kembali ke sikap sempurna. Kedua gerakan ini dilakukan dalam satu hitungan.




(2)          Menyarungkan pedang.
a.            Aba-aba: “SARUNGKAN PEDANG = GERAK”.
b.           Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba peringatan, tangan kanan mengangkat pedang ke atas hingga genggaman tangan berada satu kepal di depan dagu .  Mata pedang menghadap ke kiri, siku rapat pada badan, pedang tegak lurus ke atas.
2.       Bersamaan dengan itu tangan kiri memegang sarung pedang.Tangan kanan diputar hingga siku terangkat ke atas, ujung pedang menuju ke arah mulut sarung pedang. Mata pedang menuju serong ke depan, pedang dimasukan ke dalam sarung pedang, hingga tinggal satu kelebaran tangan.
3.       Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menekan pedang ke dalam sarung pedang selanjutnya tangan kanan melepaskan tali pedang kemudian kembali ke sikap sempurna.

(3)         Dalam melakukan gerakan hunus/sarungkan pedang selalu diikuti dengan pandangan mata.Dalam keadaan tertentu, hunus pedang dapat dilakukan bersama-sama atas perintah/komando dari pimpinan.

Pasal 52

(1)          Sikap sempurna dengan pedang tidak terhunus.
a.            Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b.           Pelaksanaan:
1.           Badan berdiri tegap.
2.           Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45o.
3.           Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan dibagi atas kedua kaki.
4.           Perut ditarik dan dada dibusungkan.
5.           Pundak ditarik sedikit kebelakang dantidak dinaikkan.
6.           Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan lurus, tangan kiri memegang pedang jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
7.           Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana.
8.           Leher  lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
9.           Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas  sewajarnya.

(2)          Sikap sempurna dengan pedang terhunus.
a.            Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b.           Pelaksanaan:
1.           Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kiri memegang sarung pedang seperti sikap sempurna tidak bersenjata.
2.           Memegang sarung pedang merapat pada paha kiri dan sarung pedang lurus pada jahitan celana.

3.           Tangan kanan diletakan di tulang pinggang kanan, sambil memegang hulu pedang seperti memegang pensil. Ibu jarinya terletak setinggi kopel rim. Mata pedang menuju lurus ke depan, punggung pedang disandarkan pada lekukan bahu badan. Pandangan mata lurus ke depan.

Pasal 53

(1)          Sikap istirahat dengan pedang tidak terhunus.
a.            Aba-aba: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
b.           Pelaksanaan: Seperti gerakan sikap istirahat ditempat tanpa senjata.      
(2)      Sikap istirahat dengan pedang terhunus.
          a.       Aba aba:     
                    1.       Parade: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
                   2.       Untuk perhatian: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
b.       Pelaksanaan:
1.       Kaki membuat gerakan seperti gerakan istirahat ditempat tidak bersenjata.
2.       Tangan kanan dibawa ke depan badan, pegangan pedang di bawah dekat pusar bersamaan dengan itu tangan kiri memegang pelindung tangan bagian atas.
3.       Tangan kanan memegang pelindung tangan dari dalam.
4.       Tangan kiri dipindahkan memegang pergelangan tangan kanan melalui atas pelindung tangan, pedang menyerong ke kanan atas, punggung pedang tersandar pada lengan bagian bawah.

Pasal  54

(1)      Berjalan jarak dekat dengan pedang tidak terhunus.
          a.       Pedang tetap berkait pada kaitan.
          b.       Tangan kiri memegang sarung pedang, dirapatkan pada paha.
          c.       Tangan kanan berlenggang seperti dalam jalan biasa.

(2)      Berjalan jarak dekat dengan pedang terhunus.
a.       Aba-aba: “MAJU = JALAN”.
b.       Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba peringatan tangan kanan diturunkan sehingga lengan lurus, pelindung tangan bersandar pada punggung tangan, pergelangan tangan dibengkokan, dan tangan memegang hulu pedang, seperti memegang pensil.Punggung pedang berada pada lekukan bahu kanan.
2.       Pada aba-aba pelaksanaan lengan dilenggangkan seperti berjalan tanpa senjata.Lengan kanan berlenggang setinggi 45º ke depan 30º ke belakang dan tangan kiri senantiasa memegang sarung pedang dan lengan kiri tidak melenggang.
3.       Aba-aba: “HENTI = GERAK”.  Aba-aba pelaksanaan jatuh kaki kiri/kanan, ditambah satu langkah selanjutnya berhenti, kemudian mengambil sikap sempurna dengan pedang terhunus.

Pasal 55

(1)      Berjalan jarak jauh dengan pedang tidak terhunus.
          a.       Pedang tetap berkaitan pada kaitan.
          b.       Tangan kiri memegang sarung pedang, dirapatkan pada paha.
          c.       Tangan kanan berlenggang seperti dalam jalan biasa.

(2)      Berjalan jarak jauh dengan pedang terhunus.    
a.       Dalam keadaan berhenti ke berjalan (dua aba-aba).
                   1.       Aba-aba: “PEDANG DILENGAN = GERAK”.
2.       Pelaksanaan:
a)            Tangan kiri memegang pelindung tangan di sebelah kiri bagian atas.
b)           Tangan kanan dipindahkan menggenggam pelindung tangan di sebelah kanan bagian atas dekat kepala hulu pedang.
c)            Tangan kanan diturunkan sehingga punggung pedang beralih dari lekukan bahu menjadi tersandar pada lengan, ujung pedang berada di sebelah kanan dari lengan bagian atas.
d)           Bersamaan dengan gerakan ini, tangan kiri kembali memegang sarung pedang.
2.       Aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada aba-aba ini lengan kanan melenggang seperti jalan biasa.

b.       Dalam keadaan berjalan ke berjalan dari “Pedang ditangan” ke “Pedang dilengan”. Aba-aba: “PEDANG DILENGAN = GERAK”.
1.       Aba-aba pelaksanaan diberikan pada saat kaki kanan jatuh di tanah kemudian ditambah satu langkah.
2.       Pada langkah berikutnya lengan kanan yang sedang melenggang membawa pedang seperti ke sikap sempurna bersamaan dengan gerakan tangan kiri yang memegang pelindung tangan di sebelah kiri bagian atas.
3.       tangan kanan dipindahkan menggenggam pelindung tangan di sebelah kanan bagian atas dekat kepala hulu pedang.
4.       Tangan kanan diturunkan sehingga punggung pedang beralih dari lekukan bahu menjadi tersandar pada lengan, ujung pedang berada di sebelah kanan dari lengan bagian atas.
5.       Bersamaan dengan gerakan ini, tangan kiri kembali memegang sarung pedang.
6.       Gerakan selanjutnya seperti gerakan pedang terhunus dalam keadaan berjalan.

c.       Mengembalikan ke sikap semula dalam keadaan berjalan ke berhenti.   Aba-aba: “HENTI = GERAK”.          
1.       Setelah berhenti, maka tanpa aba-aba segera membawa tangan kanan di samping pinggang kanan, tangan kiri memegang pelindung tangan di sebelah kiri bagian atas.
2.       Tangan kanan dipindahkan dan memegang hulu pedang seperti memegang pensil dalam sikap sempurna.
                   3.       Tangan kiri kembali memegang sarung pedang.

Pasal 56

(1)      Langkah tegap dengan pedang dari sikap sempurna.
a.       Aba-aba:“LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN.”.
b.       Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba peringatan tangan kanan diturunkan sehingga punggung pedang beralih dari lekukan bahu menjadi tersandar pada lengan, ujung pedang berada di sebelah kanan dari lengan bagian atas, posisi tangan kiri tetap.
2.      Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri dilangkahkan  ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan dengan tangan kanan dilenggangkan lurus  ke depan .
3.       Kaki kanan dilangkahkan ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm,  tangan kiri tidak dilenggangkan.
4.       Setiap langkah dihentakkan, panjang langkah 65 cm dan tempo 103/menit.

(2)      Langkah tegap dengan pedang dari langkah biasa.
          a.       Aba-aba:“LANGKAH TEGAP = JALAN”.
b.       Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah satu langkah, kaki kiri dihentakan lutut lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan dengan tangan kanan dilenggangkan lurus  ke depan.
2.       Kaki kanan dilangkahkan ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm,  tangan kiritidak dilenggangkan.
3.       Setiap langkah dihentakkan, panjang langkah 65 cm dan tempo 103/menit.


Pasal 57

Sikap berpedang waktu berlari :

(1)      Pedang tidak terhunus.Pedang dilepaskan dari kaitan sabuk kemudian dijinjing dengan tangan kiri sedang tangan kanan berada di sebelah depan pinggang.


(2)      Pedang terhunus.Gerakan pedang seperti sikap sempurna dengan pedang dan tangan kiri tetap memgang sarung pedang.

3 Responses to "BAB VI CARA PENGGUNAAN PEDANG"