BAB III GERAKAN BERJALAN TANPA SENJATA

BAB III GERAKAN BERJALAN TANPA SENJATA
Di Posting Oleh : NAMA BLOG ANDA (NAMA ANDA)
Kategori : PBB

BAB III
GERAKAN BERJALAN TANPA SENJATA

Pasal 11

(1)      Panjang, tempo dan macam langkah.
a.       Langkah biasa 65 cm/103 tiap menit.
b.       Langkah tegap 65 cm/103 tiap menit.
c.       Langkah perlahan 40 cm/30 tiap menit.
d.       Langkah ke samping 40 cm/70 tiap menit.
e.       Langkah ke belakang  40 cm/70 tiap menit.
f.        Langkah ke depan 60 cm/70 tiap menit.
g.       Langkah waktu lari 80 cm/165 tiap menit.

(1)          Untuk  gerakan kelompok/pasukan dilaksanakan secara serentak bersama-sama.

(2)          Gerakan maju jalan.
a.            Diawali dari sikap sempurna.
b.           Aba-aba : MAJU = JALAN.”.

c.            Pelaksanaan:
1.           Kaki kiri dilangkahkan ke depan dengan lutut lurus telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah setinggi ± 20 cm.
2.           Tangan kanan dilenggangkan lurus  ke depan membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, jari tangan kanan menggenggam  dengan punggung ibu jari menghadap  ke atas.
3.           Tangan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30º, jari tangan kiri menggenggam dengan punggung ibu jari menghadap  ke bawah.
4.           Kaki kiri dihentakkan, selanjutnya kaki kanan dilangkahkan ke depan setelah kaki kiri tepat pada posisinya, untuk  ayunan tangan setelah langkah pertama  ke depan 45º  ke belakang 30.
5.           Demikian seterusnya secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.

Pasal 12

Gerakan langkah berjalan:

(1)          Langkah biasa.
a.            Dari sikap sempurna.
b.           Aba-aba:MAJU = JALAN”.
c.            Pelaksanaan.
1.           Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, kaki lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus  ke depan membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu jari menghadap  ke atas, lengan kiri dilenggangkan  ke belakang dengan sudut 30º.
2.           Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan dilangkahkan  ke depan, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan itu tangan kiri dilenggangkan lurus  ke depan membentuk sudut 45º, punggung ibu jari menghadap  ke atas, tangan kanan dilenggangkan  ke belakang dengan sudut 30º.

(2)          Langkah Tegap.
a.            Dari sikap sempurna.
b.           Aba-aba:“LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN”.
c.            Pelaksanaan.
1.           Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, lutut lurus,  telapak kaki menghadap kedepan, diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus  ke depan membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu jari menghadap  ke atas, lengan kiri dilenggangkan  ke belakang dengan sudut 30º.
2.           Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan dihentakkan, lutut lurus,  telapak kaki rata dan sejajar dengan tanahdiangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kiri dilenggangkan lurus  ke depan membentuk
sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu jari menghadap  ke atas, lengan kiri dilenggangkan  ke belakang dengan sudut 30º.

(3)          Langkah Perlahan.
a.            Langkah perlahan adalah untuk berkabung dalam rangka menghantar jenazah dalam upacara militerdan pada acara pedang pora.
b.           Darisikap sempurna.
c.            Aba-aba: “LANGKAH  PERLAHAN  MAJU =  JALAN”.
d.           Pelaksanaan.
1.           Kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak di tanah segera disusul dengan kaki kanan ditarik ke depan dan ditahan sebentar disebelah mata kaki, kemudian dilanjutkan ditapakkan di depan kaki kiri.
2.           Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian.
3.           Kedua lengan tetap rapat di sampingbadan tidak melenggang,apabila memegang benda, tangan disesuaikan.

(4)          Langkah Ke Samping.
a.            Darisikap sempurna.
b.           Aba-aba :“…… LANGKAH KE KANAN/KIRI = JALAN”.
c.            Pelaksanaan. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan kesamping kanan/kiri.Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kanan/kiri, sikap akan tetap seperti pada sikap sempurna.  

(5)          LangkahKe Belakang.
a.            Darisikap sempurna.
b.           Aba-aba:“…… LANGKAH KE KEBELAKANG = JALAN”.
c.            Pelaksanaan:
1.           Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri melangkah kebelakang sepanjang 40 cm dan sesuai dengan tempo yang telah ditentukan.
2.           Melangkah sesuai jumlah langkah yang diperintahkan.
3.           Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam sikap sempurna.

(6)          LangkahKe Depan.
a.            Dari sikap sempurna.
b.           Aba-aba: “……LANGKAH KEDEPAN = JALAN.
c.            Pelaksanaan:
1.           Pada aba-aba pelaksanaan dimulai kaki kiri melangkah ke depan bergantian dengan kaki kanan melangkah sesuai jumlah langkah yang diperintahkan.........
2.           Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam sikap sempurna.
Pasal 13
(1)      Gerakan langkah berlari dari sikap sempurna.
a.       Aba-aba:”LARI MAJU = JALAN“.
b.       Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan di letakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar.
2.       Ke dua siku sedikit kebelakang, badan agak dicondongkan kedepan.
3.       Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai menghentakkan kaki kiri dan selanjutnya lari dengan cara kaki diangkat secara bergantian dan sedikit melayang, selanjutnya kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.

(2)      Gerakan langkah berlari dari langkah biasa.
a.       Aba-aba”LARI = JALAN“.
b.       Pelaksanaan:
1.      Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan dipinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar.
2.      Ke dua siku sedikit kebelakang, badan sedikit dicondongkan kedepan.
3.      Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ketanah, kemudian ditambah 1 langkah, selanjutnya berlari.

(3)      Gerakan langkah berlarike langkah biasa.
a.       Aba-aba:”LANGKAH BIASA = JALAN“.
b.      Pelaksanaan:
1.       Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah ditambah tiga langkah.
2.       Kaki kiri dihentakkan,bersamaan dengan itu kedua lengan dilenggangkan.
3.       Berjalan dengan langkah biasa.

(4)      Gerakan langkah berlari keberhenti.
a.       Aba-aba:  “HENTI = GERAK”.
b.       Pelaksanaan: 
1.       Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah ditambah tiga langkah.
2.       Selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.

Pasal 14
(1)      Langkah merdeka.
a.            Dari langkah biasa.
b.           Aba-aba: ”LANGKAH MERDEKA = JALAN“.
c.            Pelaksanaan.
1.           Anggota berjalan bebas tanpa terikat dengan ketentuan baik panjang, macam,  dan tempo langkah.
2.           Atas pertimbangan Komandan segera  dapat diijinkan  untuk berbuat sesuatu dan dalam keadaan lain terlarang (antara lain: berbicara, buka topi, dan menghapus keringat).

3.           Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh  jalan jauh/lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan barisan.
4.           Kembali ke langkah biasa. Untuk melaksanakan gerakan  ini lebih dahulu harus diberikan petunjuk “SAMAKAN LANGKAH”.
5.           Setelah langkah barisan sama, Komandan dapat memberikan aba-aba peringatan dan pelaksanaan.
6.           Aba-aba “LANGKAH BIASA =JALAN”.

(1)          Ganti langkah.
a.            Dari langkah biasa atau langkah tegap.
b.           Aba-aba:”GANTI LANGKAH= JALAN“.
c.            Pelaksanaan:
1.           Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah kemudian ditambah satu langkah.
2.           Sesudah itu ujung kaki kanan/kiri yang sedang dibelakang dirapatkan pada tumit kaki sebelahnya bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan pada badan.
3.           Selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan langkah pertama tetap sepanjang satu langkah.

Pasal 15

(1)          Berhimpun.
a.            Dari istirahat bebas.
b.           Aba-aba:”BERHIMPUN = MULAI “.“SELESAI”.
c.            Pelaksanaan:
1.           Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh  kepada yang memberi aba-aba.
2.           Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap untuk lari, selanjutnya lari menuju di depan komandan dengan jarak 3 langkah.
3.           Pada waktu seluruh anggota sampai ditempat, mengambil sikap istirahat.
4.           Setelah ada aba-aba “SELESAI”, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
5.           Pada saat datang ditempat komandan serta kembali tidak menyampaikan penghormatan.

 








3     Langkah

(2)          Berkumpul.
a.            Berkumpul formasi bersaf.
1.           Dari istirahat bebas.
2.           Aba-aba:”BERSAF KUMPUL = MULAI “.“SELESAI”.
3.           Pelaksanaan:
a)            Komandan/pemimpin memanggil satu orang sebagai penjuru. Contohnya: “KOPDA JEFRI SEBAGAI PENJURU”.
b)           Kopda Jefri menghadap penuh ke arah pemanggil, mengambil sikap sempurna dan mengulangi kata-kata pemanggil. “SIAP KOPDA JEFRI SEBAGAI PENJURU”.
c)            Mengambil sikap berlari  menuju pemanggil dan berhenti ± 6 langkah di depannya menghadap penuh.
d)           Komandan/Pimpinan memberi aba-aba petunjuk dan peringatan “PELETON I - BERSAF KUMPUL”, secara serentak seluruh personel mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh.
e)            Setelah aba-aba pelaksanaan “MULAI” seluruh personel mengambil sikap berlari kemudian berlari menuju ke penjuru.
f)             Selanjutnya masing-masing personel menempatkan diri di belakang dan samping kiri penjuru, membentuk formasi bersaf.
g)            Penjuru mengucapkan “LURUSKAN”, personel yang dibelakang penjuru melaksanakan lencang depan kemudian tangan diturunkan sedangkan yang dikiri penjuru secara serentak memalingkan kepala kekanan untuk meluruskan dengan melencangkan lengan kanan untuk saf depan dan memalingkan kepala seluruhnya 450 kecuali penjuru paling kanan.
h)           Penjuru kanan mengucapkan “LURUS” maka saf depan menurunkan lengan dan secara serentak kepala kembali menghadap kedepan dalam keadaan sikap sempurna.
i)             Setelah ada aba-aba “SELESAI”, seluruh pasukan  mengambil sikap istirahat.
b.           Berkumpul formasi berbanjar.
1.           Dari istirahat bebas.
2.           Aba-aba:”BERBANJAR KUMPUL = MULAI“.
3.           Pelaksanaan:
a)            Komandan/pemimpin memanggil satu orang sebagai penjuru.Contohnya : “KOPDA DADANG SEBAGAI PENJURU”.
b)           Kopda Dadang menghadap penuh ke arah pemanggil, mengambil sikap sempurna dan mengulangi kata-kata pemanggil.“SIAP KOPDA DADANG SEBAGAI PENJURU”.
c)            Mengambil sikap berlari kemudian berlari  menuju pemanggil dan berhenti ± 6 langkah di depannya menghadap penuh.
d)           Komandan/Pimpinan memberi aba-aba petunjuk dan peringatan “PELETON I BERBANJAR KUMPUL”, secara serentak seluruh personel mengambil sikap sempurnadan menghadap penuh
e)            Setelah aba-aba   pelaksanaan “MULAI” seluruh personel mengambil sikap berlari kemudian berlari menuju kepenjuru.
f)             Selanjutnya masing-masing personel menempatkan diri  di samping kiri dan belakang penjuru, membentuk formasi berbanjar.
g)            Penjuru mengucapkan “LURUSKAN”, personel yang lainnya secara serentak untuk yang dikiri penjuru melaksanakan lencang kanan dan memalingkan kepala kekanan kemudian menurunkan tangan menghadap kedepan sedangkan yang dibelakang penjuru melaksanakan lencang depan untuk meluruskan.
h)           Setelah orang yang paling belakang/banjar kanan paling belakang melihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat dengan mengucapkan “LURUS”, secara serentak personel yang dibelakang penjuru menurunkan lengan kanan dan kembali kesikap sempurna.
i)             Setelah ada aba-aba “SELESAI” seluruh pasukan  mengambil  sikap istirahat.
c.            Apabila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersyaf 3 atau berbanjar 3, kalau kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam berbentuk berbanjar. Penunjukan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

Pasal 16

Gerakan perubahan arah dari berjalan ke berhenti:

(1)      Dari langkah biasa.
a.       Dari sedang berjalan.
b.       Aba-aba:HENTI = GERAK”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah.
2.       Selanjutnya berhenti dan sikap sempurna.

(2)      Posisi sedang jalan ditempat.
a.       Aba-aba:  HENTI = GERAK”.
b.       Pelaksanaan:  Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah ditambah satu gerakan kemudian kaki kanan/kiridirapatkan selanjutnya mengambil sikap sempurna.

(3)      Hadap kanan/kiri berhenti.
a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:HADAP KANAN/KIRIHENTI=GERAK”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk hadap kanan henti, apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri, ditambah satu langkah. Selanjutnya apabila dengan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah dua langkah.
2.       Untuk hadap kirihenti, apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri, ditambah dua langkah. Selanjutnya apabila dengan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah.
3.       Gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap kanan/kiri dan sikap sempurna.

(4)      Hadap serong kanan/kiri berhenti.
a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:HADAP SERONG KANAN/KIRI HENTI= GERAK”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk hadap serong kanan henti, apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri, ditambah satu langkah. Selanjutnya apabila dengan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah dua langkah.
2.       Untuk hadap serong kirihenti, apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri, ditambah dua langkah. Selanjutnya apabila dengan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah.
3.       Gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap kanan/kiri dan sikap sempurna.

(5)      Balik kanan henti.
a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:BALIK KANAN HENTI= GERAK”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk balik kanan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah satu langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah dua langkah.
2.       Gerakan selanjutnya seperti gerakan balik kanan dan sikap sempurna.

Pasal 17
Gerakan perubahan arah dari berhenti ke berjalan:

(1)      Hadap kanan/kiri.
a.       Dari sikap sempurna.
b.       Aba-aba:“HADAP  KANAN/KIRI MAJU = JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Membuat gerakan hadap kanan/kiri.
2.       Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

(2)      Hadap serong kanan/kiri.
a.       Dari Sikap sempurna.
b.       Aba-aba:HADAP SERONG KANAN/KIRI MAJU =JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Membuat gerakan hadap serong kiri/ kanan.
2.       Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

(3)      Balik kanan.
a.       Dari Sikap sempurna.
b.       Aba-aba:“BALIK KANAN MAJU =JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Membuat gerakan balik kanan.
2.       Pada hitungan ketiga kaki kiri tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

(4)      Belok kanan/kiri.
a.       Dari Sikap sempurna.
b.       Aba-aba:“BELOK KANAN/KIRI MAJU =JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri dan mulai   berjalan ke arah tertentu.

2.       Prajurit-prajurit lainnya  belok setibanya di  tempat penjuru belok.


(5)      Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri.
a.       Dari Sikap sempurna.
b.       Aba-aba:TIAP-TIAP BANJAR DUA KALI BELOK KANAN/KIRI         MAJU =JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Penjuru tiap-tiap banjar melangkah satu langkah kedepan kemudian melaksanakan dua kali belok kanan arah 180º.

2.       Prajurit-prajurit lainnya belok setibanya di  tempat      penjuru belok.


Pasal 18
Gerakan perubahan arah dari berjalan ke berjalan:
(1)      Hadap kanan/kiri.
a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:HADAP KANAN/KIRI MAJU=JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk hadap kanan aba-aba pelaksanaan jatuh  pada  waktu  kaki  kiri ditambah satu langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri jatuh ditambah satu langkah.
2.       Pada hitungan ke empatkaki kiri/kanan tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

(2)      Hadap serong kanan/kiri.
a.       Dari berjalan.
b        Aba-aba:HADAP SER0NG KANAN/KIRI MAJU=JALAN”.
          c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk hadap serong kanan/kiri, Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan  pada  waktu  kaki  kiri jatuh ditanah ditambah satu langkah, sedangkan hadap serong kiri jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah.
2.       Pada hitungan ke empat kaki kiri/kanan tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.
(3)      Balik kanan.
a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:“BALIK KANAN MAJU=JALAN”.
          c        Pelaksanaan:
1.       Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan  pada  waktu  kaki  kiri jatuh ditanah ditambah satu langkah, sedangkan pada kaki kanan ditambah dua langkah.
2.       Pada hitungan ke empat kaki kiri tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

(4)      Belok kanan/kiri.
          a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:“BELOK KANAN/KIRI =JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk belok kanan  aba-aba pelaksanaan dijatuhkan  pada  waktu  penjuru kaki  kiri jatuh ditanah ditambah satu langkah, sedangkan belok  kiri jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah.
2.       Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap kanan /kiri.
3.       Pada hitungan ke empat kaki kiri/kanan tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

4.       Prajurit-prajurit lainnya  belok setibanya di  tempat penjuru belok.


(5)      Dua kali belok kanan/kiri.
          a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:DUA KALI BELOK KANAN/KIRI =JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk dua kali belok kanan,aba-aba pelaksanaan dijatuhkan  pada  waktu  kaki  kiri penjuru  jatuh ditanah ditambah satu langkah, sedangkan belok  kiri jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah.
2.       Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap kanan/kiri.
3.       Pada hitungan ke empat kaki kiri/kanan tidak dirapatkan langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan setelah dua langkah berjalan kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi.
4.       Prajurit-prajurit lainnya  belok setibanya di  tempat penjurubelok.

(6)      Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri.
a.       Dari berjalan.
b.       Aba-aba:“TIAP-TIAP BANJAR DUA KALI BELOK KANAN/KIRI=JALAN”.
          c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk tiap-tiap banjar dua kali belok kanan,apabila aba-aba pelaksanaan jatuh  pada  kaki kiri,maka pelaksanaan dengan hitungan empat langkah, sedangkan tiap-tiap banjar dua kali belok kanan jatuh pada kaki kanan dengan hitungan lima langkah.
2.       Penjuru depan tiap-tiap banjar merubah arah 180º ke kanan/kiri atau langsung dua kali belok kanan/kiri.
3.       Prajurit-prajurit lainnya  belok setibanya di  tempat penjuru belok,guna membelokkan pasukan diruang/lapangan yang sempit.

 

 

Pasal 19

 

Perubahan arah pada waktu berlari:


(1)      Hadap kanan/kiri Lari.
a.       Dari berlari.
b.       Aba-aba:HADAP KANAN/KIRI LARI MAJU=JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk hadap kanan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah tiga langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki  kanan ditambah empat langkah.
2.       Untuk hadap kiriaba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah empat langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki  kanan ditambah tiga langkah.
3.       Pelaksanaan hadapkanan/kirilari kaki tidak dirapatkan langsung dilangkahkan dan berlari.

(2)      Hadap serong  kanan/kiri Lari.
a.       Dari berlari.
b.       Aba-aba:HADAP SERONG KANAN/KIRI LARI MAJU=JALAN”.
         c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk hadap serong kanan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah tiga langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki  kanan ditambah empat langkah.
2.       Untuk hadap serong kiriaba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah empat langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki  kanan ditambah tiga langkah.
3.       Pelaksanaan hadap serong kanan/kiri lari kaki tidak dirapatkan langsung dilangkahkan dan berlari.

(3)      Balik kanan lari.
a.       Dari berlari.
b.       Aba-aba:“BALIK KANAN LARI MAJU=JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki  kiri ditambah tiga langkah.  Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah empat langkah.
2.       Membuat gerakan balik kanan.
3.       Prajurit yang paling belakang menjadi penjuru depan dan penjuru depan menjadi dibelakang.



(4)      Belok kanan/kiri lari.
a.       Dari berlari.
b.       Aba-aba:“BELOK KANAN/KIRI=JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk belok kanan aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah tiga langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah empat langkah.
2.       Penjuru depan mengubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap kanan/kiri.
3.       Kegiatan selanjutnya belok kiri/kanan dan berlari.

4.      Prajurit-prajurit lainnya  belok setibanya di  tempat penjuru belok.


(5)      Dua kali belok kanan/kiri lari.
          a.       Dari berlari.
b.       Aba-aba:DUA KALI BELOK KANAN/KIRI=JALAN”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk dua kali belok kanan,Aba-aba pelaksanaan jatuh pada  kaki kiri ditambah empat langkah.  Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah tiga  langkah.
2.       Untuk dua kali belok kiri,Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah tiga langkah.  Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah empat  langkah.
3.       Penjuru depan merubah arah 180º ke kanan/kiri atau hadap kanan/kiri.
4.       Kegiatan selanjutnya melaksanakan dua kali belok kanan/kiridan berlari.
5.       Prajurit-prajurit lainnya melaksanakan dua kali belok kanan/kiri setibanya di tempat penjuru belok.

(6)      Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri lari.
a.       Dari berlari
b.      Aba-aba:“TIAP-TIAP BANJAR DUA KALI BELOK KANAN/KIRI= JALAN”.
          c.       Pelaksanaan:
1.       Untuk dua kali belok kanan,aba-aba pelaksanaan jatuh pada  kaki kiri ditambah tiga langkah. Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah tiga  langkah.
2.       Untuk dua kali belok kiri,aba-aba pelaksanaan jatuh pada  kaki kiri ditambah tiga langkah.Selanjutnya apabila aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan ditambah empat  langkah.
3.       Penjuru depan tiap-tiap banjar merubah arah 180º ke kanan/kiri atau langsung dua kali belok kanan/kiri.
4.       Kegiatan selanjutnya melaksanakan gerakan tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiridan berlari.
5.       Prajurit-prajurit lainnya melaksanakan tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri setibanya di tempat penjuru membelokkan pasukan.


Pasal 20

(1)         Gerakan haluan kanan/kiri hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.

(2)          Dari berhenti ke berhenti.
a.            Aba-aba:HALUAN KANAN/KIRI=JALAN”.
b.           Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
2.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
3.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
4.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “HENTI =GERAK”.Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.

(3)      Dari berhenti ke berjalan.
a.       Aba-aba:HALUAN KANAN/KIRI MAJU=JALAN”.
b.       Pelaksanaan:
1.       Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
2.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
3.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
4.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”.Pasukan maju jalan dengan gerakan langkah biasa.(pasukan tidak berhenti dulu).

(4)      Dari berjalan  ke berhenti.
          a.       Aba-aba:HALUAN KANAN/KIRI=JALAN”.
          b.       Pelaksanaan:       
1.       Aba-aba pelaksanaan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah kemudian ditambah 1 langkah penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
2.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
3.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
4.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “HENTI =GERAK”
5.       Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.

(5)      Dari berjalan ke berjalan.
a.       Aba-aba:HALUAN KANAN/KIRI MAJU=JALAN”.
          b.      Pelaksanaan:
1.       Aba-aba pelaksanaan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah kemudian ditambah 1 langkah, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
2.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
3.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
4.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”.Pasukan maju jalan dengan gerakan langkah biasa.

Pasal 21

(1)         Gerakan melintang kanan/kiri hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dengan arah tetap.

(2)      Dari berhenti ke berhenti.
a.       Aba-aba:MELINTANG KANAN/KIRI=JALAN”.
         b.       Pelaksanaan:
1.       Melintang Kanan, pada aba-aba pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri.
2.       Melintang Kiri, pada aba-aba pelaksanaan hadap kiri kemudian melaksanakan haluan kanan.
3.       Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
4.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
5.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
6.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “HENTI =GERAK”.Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.

(3)      Dari berhenti ke berjalan.
          a.       Aba-aba:MELINTANG KANAN/KIRI MAJU=JALAN”.
                    b.       Pelaksanaan:
1.       Melintang Kanan, pada aba-aba pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri.
2.       Melintang Kiri, pada aba-aba pelaksanaan hadap kiri kemudian melaksanakan haluan kanan.
3.       Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
4.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
5.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
6.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan maju jalan dengan gerakan langkah biasa. (pasukan tidak berhenti dulu).

(4)      Dari berjalan ke berhenti.
a.       Aba-aba:MELINTANG KANAN/KIRI=JALAN”.
                    b.       Pelaksanaan:
1.       Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri.
2.       Melintang Kiri, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah 1/2 langkah, pelaksanaan hadap kiri kemudian melaksanakan haluan kanan.
3.       Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
4.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
5.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
6.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “HENTI = GERAK”. Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.

(5)      Dari berjalan ke berjalan.
a.       Aba-aba:MELINTANG KANAN/KIRI MAJU =JALAN”.
         b.       Pelaksanaan:
1.       Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri.
2.       Melintang Kiri, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah 1/2 langkah, pelaksanaan hadap kiri kemudian melaksanakan haluan kanan.
3.       Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
4.       Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.  
5.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak  “LURUS”.  
6.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.

Pasal  22

(1)          Apabila komandan/atasan memberikan perintah kepada seseorang yang beradadalam barisan keadaan sikap sempurna, terlebih dahulu ia memanggil orang itu keluar barisan untuk diberikan perintah.Orang yang menerima perintah ini harus mengulangi perintah tersebut sebelum melaksanakannya danmelaksanakan  perintah itu dengan bersemangat.   

(2)          Cara menghadap.
a.            Bila pasukan bersaf:
1.           Untuk saf depan, tidak perlu balik kanan langsung menuju ke arah yang memanggil.
2.           Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui belakang saf paling belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju ke arah yang memanggil.
3.           Bagi orang yang berada diujung kanan maupun kiri tanpa balik kanan langsung menujuarah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3).
b.           Bila pasukan berbanjar.
1.           Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung menuju ke arah yang memanggil.
2.           Untuk banjar tengah, setelah balik kanan keluar barisan melalui belakang safnya sendiri terus memilih jalan yang terdekat.Sedangbagi banjar kanan/kiri tanpa balik kanan terus memilih jalan yang terdekat menuju ke arah yang memanggil.

(3)          Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila prajurit dipanggil sedang dalam barisan dengan menyebut nama dan pangkat  sebagai berikut:
a.            Komandan/atasan memanggil “Kopral Badu tampil ke depan”, setelah selesai dipanggil prajurit tersebut mengucapkan kata-kata “Siap tampil ke depan” kemudian keluar dari barisan sesuai dengan tata cara keluar barisan dan menghadap kurang lebih  6 langkah  di depan Dan/atasan yang memanggil.
b.           Kemudian mengucapkan kata-kata: Lapor siap menghadap”.   Selanjutnya menunggu perintah.
c.            Setelah mendapat perintah/petunjuk mengulangi perintah tersebut.
Contoh: “Berikan aba-aba ditempat”, Mengulangi: “Berikan aba-aba ditempat”.Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan Komandan/atasan (memberikan aba-aba ditempat).

d.           Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk kemudian menghadap kurang lebih 6 langkah didepan Dan/atasan yang memanggil dan mengucapkan kata-kata: “Memberikan aba-aba ditempat telah dilaksanakan, laporan selesai”.
e.            Setelah mendapat perintah “Kembali ke tempat”, prajurit mengulangi perintah kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke tempat.

(4)          Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila prajurit dipanggil sedang dalam barisan dengan tidak menyebut nama dan pangkat sebagai berikut:
a.            Komandan/atasan memanggil “Banjar tengah nomor 3 tampil ke depan”, setelah selesai dipanggil prajurit tersebut mengucapkan kata-kata “Siap Kopral Badu tampil ke depan”  kemudian keluar dari barisan sesuai dengan tata cara keluar barisan dan menghadap kurang lebih  6 langkah  di depan Dan/Atasan yang memanggil.
b.           Kemudian mengucapkan kata-kata: Lapor “Siap menghadap”.   Selanjutnya menunggu perintah.
c.            Setelah mendapat perintah/petunjuk mengulangi perintah tersebut.
Contoh: “Berikan aba-aba ditempat”, Mengulangi: “Berikan aba-aba ditempat”.Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan Komandan/atasan (memberikan aba-aba ditempat).
d.           Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk kemudian menghadap kurang lebih 6 langkah didepan Dan/atasan yang memanggil dan mengucapkan kata-kata: “Memberikan aba-aba ditempat telah dilaksanakan, laporan selesai”.
e.            Setelah mendapat perintah “Kembali ke tempat”, prajurit mengulangi perintah “Kembali ke tempat”,kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke tempat.
f.        Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meniggalkan barisannya, maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin kepada Komandan dengan cara mengangkat tangan kirinya ke atas (tangan dibuka jari-jari dirapatkan).
Contoh:
Anggota yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan.
Komandan bertanya         : Ada apa ?.
Anggota menjawab           : Ijin ke belakang.
Komandan memutuskan  : Baik, lima menit kembali (beri batas waktu sesuai keperluan).
Anggota  yang akan meninggalkan barisan mengulangi Lima menit kembali.
g.       Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya, selanjutnya menuju tempat sesuai keperluannya.
h       Bila keperluannya telah selesai, maka prajurit tersebut menghadap  kurang lebih 6 langkah di depan Dan/Atasan, selanjutnya laporan sebagai berikut: “Lapor, kebelakang selesai laporan selesai”.    Setelah ada perintah dari komandan “Masuk Barisan”, maka prajurit tersebut  mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan kembali kebarisannya pada kedudukan semula.

(5)          Cara bergabung masuk barisan perorangan/pasukan kepada pasukan yang lebih besar:
a.       Perorangan. Prajurit menghadap kurang lebih 6 langkah di depan Dan/Atasan, melaksanakan penghormatan selanjutnya laporan sebagai berikut : “Lapor, izin masuk barisan”.    Setelah ada perintah dari komandan “Masuk Barisan”, maka prajurit tersebut  mengulangi perintah kemudian balik kanan dan masuk barisan.
b.       Pasukan. Pimpinan pasukan yang akan bergabung menyiapkan pasukannya di suatu tempat kemudian menghadap kurang lebih 6 langkah di depan Dan/Atasan, melaksanakan penghormatan selanjutnya laporan sebagai berikut : “Lapor,........orang izin bergabung”. Setelah ada perintah dari komandan “Laksanakan/kerjakan....”, maka pimpinan pasukan tersebut  mengulangi perintah, balik kanan dan membawa pasukan untuk bergabung.


0 Response to "BAB III GERAKAN BERJALAN TANPA SENJATA"

Posting Komentar