BAB II GERAKAN DITEMPAT TANPA SENJATA

BAB II GERAKAN DITEMPAT TANPA SENJATA
Di Posting Oleh : NAMA BLOG ANDA (NAMA ANDA)
Kategori : PBB

BAB II
GERAKAN DITEMPAT TANPA SENJATA

Pasal 3

(1)          Ketentuan umum dalam sikap sempurna sebagai berikut:
a.            Sikap sempurna diawali dari sikap istirahat.
b.           Aba-aba dalam sikap sempurna terdiri atas.
1.           Pada posisi berdiri “SIAP  =  GERAK”.
2.           Pada posisi duduk “DUDUK SIAP = GERAK”.
(2)      Pelaksanaan sikap sempurna posisi berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.            Sikap berdiri badan tegak.
b.           Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk    sudut 45o.
c.            Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan dibagi atas kedua kaki.
d.           Perut ditarik dan dada dibusungkan.
e.            Pundak ditarik sedikit kebelakang dan tidak dinaikkan.
f.             Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
g.            Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan         celana.
h.           Leher  lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
i.             Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas  sewajarnya.

(3)      Pelaksanaan sikap sempurna posisi duduk di kursi diatur dengan ketentuan sebagai berikut
a.           Sikap  duduk dengan badan tegak, punggung tidak bersandar  pada sandaran kursi.
b.           Kedua kaki rapat, tumit dirapatkan dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45o.
c.            Beratbadan bertumpu pada pinggul.
d.           Lutut dan paha dibuka selebar bahu.
e.            Khusus Wanita TNI saat menggunakan rok lutut dan paha    dirapatkan.
f.             Perut ditarik dan dada dibusungkan sewajarnya.
g.           Kedua tangan menggenggam lurus kedepan diletakkan di atas lutut dengan punggung tangan menghadap  keatas.
h.           Leher  lurus, dagu ditarik  ke belakang sewajarnya.
i.             Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas sewajarnya.

(4)     Pelaksanaan sikap sempurna posisi duduk bersila diatur dengan ketentuan sebagai berikut
a.           sikap duduk bersila  dengan badan tegak.
b.           kaki kiri berada di bawah kaki kanan.
c.            berat badan bertumpu pada pinggul.
d.           Perut ditarik dan dada dibusungkan sewajarnya.
e.            Kedua tangan menggenggam lurus kedepan diletakkan di atas lutut dengan punggung tangan menghadap  keatas.
f.             Leher  lurus, dagu ditarik  ke belakang sewajarnya.
g.           Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas  sewajarnya.
h.           Wanita TNI yang menggunakan rok, kedua kaki dilipat dibawah     pinggul posisi lutut di depan rapat.

Pasal 4

(1)          Ketentuan umum dalam istirahat sebagai berikut:
a.            Sikap istirahat diawali dari sikap sempurna.
b.           Aba-aba dalam sikap istirahat adalah:
1.           Istirahat biasa  “ISTIRAHAT  DI TEMPAT = GERAK”.
2.           Istirahat perhatian “UNTUK PERHATIAN, ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
3.           Istirahat Parade “PARADE, ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.

(2)      Khusus gerakan istirahat perhatian dan parade, kepala dan pandangan mata ditujukan kepada yang memberikan perhatian maksimal 45º.

(3)      Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut
a.            Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak selebar bahu.
b.           Kedua belah tangan dibawa kebelakang, tangan kiri memegang     pergelangan tangan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tepat dipergelangan tangan kanan.Punggung tangan kiri diletakkan dipinggang/kopelrim.
c.            Tangan kanan mengepal.
d.           Pandangan mata tetap lurus  ke depan.
e.            Khusus istirahat parade posisi kedua kepalan tangan diletakkan di atas pinggang/kopelrim bagian belakang.

(4)     Pelaksanaan sikap istirahat posisi duduk di kursi diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Kedua  kaki dibuka selebar bahu.
b.       Wanita TNI/PNS Wanita  yang menggunakan celana panjang kedua tumit dan lutut tetap dibuka selebar bahu.  Wanita TNI/PNS Wanita yang menggunakan rok, tumit dan lutut tetap rapat.
c.       Badan dikendorkan.
d.       Lengan dibengkokan/ditekuk, jari-jari tangan dibuka, punggung tangan menghadap  keatas, tangan kiri diletakkan di atas paha kiri dan tangan kanan di atas paha kanan.
e.       Pandangan mata lurus ke depan.

(5)     Pelaksanaan sikap istirahat posisi duduk bersila diatur dengan ketentuan sebagai berikut
a.           Badan dikendorkan.
b.           Kedua lengan dibengkokkan didepan badan, dan kedua lengan bersandar diatas paha.
c.            Tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk, punggung kedua tangan menghadap  ke atas.
d.            Kedua kaki tetap bersila rapat.
e.            Kaki kiri berada di bawah kaki kanan diatas.
f.             Tumpuan berat badan bertumpu pada pinggul.
g.            Pandangan lurus  kedepan.
h.           Wanita TNI/PNS Wanita  yang menggunakan celana panjang mengikuti ketentuan yang berlaku.
i.       Wanita TNI/PNS Wanita yang menggunakan rok, kedua kaki dilipat dibawah pinggul posisi lutut di depan rapat.


Pasal 5

(1)      Ketentuan umum dalam periksa kerapian sebagai berikut:
a.            Diawali dari posisi istirahat.
b.           Khusus dilaksanakan pada pasukan yang dalam posisi berdiri
c.            Aba-aba dalam periksa kerapian:
1.           Periksa kerapian biasa  “PERIKSA  KERAPIHAN = MULAI  = SELESAI “.
2.           Periksa kerapian parade “PARADE PERIKSA KERAPIHAN = MULAI = SELESAI “.

(2)      Tata cara periksa kerapian biasa dan parade dilaksanakan dengan urutan sebagai   berikut:
a.            Saat aba-aba “MULAI” melaksanakan sikap sempurna.
b.           Badan dibungkukkan  900, kaki lurus.
c.            Kedua tangan tergantung lurus kebawah, kelima jari dibuka.
d.           Selanjutnya merapihkan bagian bawah secara berurutan.
e.            Dimulai  dari kaki kiri  dan kaki kanan (bagian tali sepatu).
f.             Dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut sebelah kiri dan kanan (bila menggunakan PDL).
g.            Berikutnya menarik ujung baju bagian bawah depan. 
h.           Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
i.             Merapihkan  lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
j.             Merapihkan  kerah baju bagian kiri dan kanan.
k.           Membetulkan tutup  kepala (topi/baret).
l.             Selanjutnya tangan  kembali  ke sikap sempurna.
m.          Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI”  kembali  ke sikap istirahat.

Pasal 6

(1)      Berhitung dalam bentuk formasi bersaf.
a.       Dari sikap sempurna  berdiri
b.      Aba-aba: “HITUNG  = MULAI”.
c.       Pelaksanaan:
1.       Setelah ada aba-aba peringatan:”HITUNG”,kemudian barisan yang berada di saf paling depan semua memalingkan kepala secara serentak ke arah kanan 45º, personel yang bertindak sebagai penjuru kanan tetap bersikap sempurna.  untuk saf kedua dan seterusnya kepala tetap lurus ke depan.
2.       Aba-aba pelaksanaan: ”MULAI” hitungan pertama (satu) diawali dari penjuru kanan dengan kepala tidak dipalingkan.
3.       Untuk urutan kedua dan seterusnya bersamaan dengan menyebut hitungan dua dan seterus kepala dipalingkan ke arah semula (lurus  ke depan).
4.       Untuk personel  paling kiri belakang melaporkan jumlah kekurangan atau “LENGKAP”.

(2)     Berhitung dalam bentuk formasi berbanjar.
a.       Dari sikap sempurna berdiri.
b.       Aba-aba:   “HITUNG = MULAI”
c.       Pelaksanaan:
1.       Personel paling depan banjar kanan mengawali hitungan pertama dan berturut-turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing dengan  kepala tetap tegak.
2.       Untuk saf kedua,ketiga dan seterusnya melanjutkan hitungan,  kepala tetap lurus  ke depan.
3.       Personel paling kiri belakang berteriak melaporkan jumlah kekurangan “LENGKAP”.

Pasal 7

Lencang kanan/kiri dan lencang depan:

(1)          Ketentuan umum Lencang Kanan/Kiri setengah lengan lencang kanan/kiri dan lencang depan sebagai berikut:
a.            Pasukan dalam posisi sikap sempurna.
b.           Aba-aba sebagai berikut:
1.           Untuk lencang kanan/kiri “LENCANG KANAN/KIRI = GERAK “
2.           Untuk setengah lengan lencang kanan/kiri “SETENGAH LENGAN LENCANG KANAN/KIRI = GERAK “
3.           Untuk lencang depan “LENCANG DEPAN = GERAK “
c.            Dilaksanakan dalam formasi bersaf dan berbanjar.

(2)      Tata cara lencang kanan dan atau lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.            Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi bersaf.
b.           Pada aba-aba pelaksanaan saf depan, kecuali penjuru mengangkat lengan kanan/kiri kesamping sampai menyentuh bahu orang yang berada disebelah kanan/kiri, jari-jari tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas,bersamaan dengan itu kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa.
c.            Penjuru saf tengah dan belakang, melaksanakan lencang depan 1 lengan ditambah 2 kepal, setelah lurus menurunkan tangan secara bersama-sama kemudian ikut memalingkan muka ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkat tangan.
d.           Masing-masing saf meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang-orang yang berada disebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya.
e.            Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
f.             Setelah lurus aba-aba “TEGAK = GERAK”.
g.            Kepala dipalingkan  kembali  ke depan bersamaan tangan kanan kembali  ke sikap sempurna.

(3)     Tata cara setengah lengan lencang kanan dan atau setengah lengan lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.           Secara umum pelaksanannya sama seperti lencang kanan/kiri.
b.           Tangan kanan/kiri diletakkan dipinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh  lengan orang yang berdiri disebelah  kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari disebelah belakang dan empat jari lainnya rapat disebelah depan.
c.       Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” semua serentak menurunkan lengan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.

(4)      Tata cara lencang depan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.            Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi berbanjar.
b.       Penjuru tetap sikap sempurna sedangkan  banjar kanan nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan jari-jari tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas jarak 1 lengan ditambah 2 kepal orang yang di depannya.     
c.       Banjar dua dan  tiga saf terdepan mengambil antara satu lengan/setengah lengan disamping kanan, setelah lurus menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali  dengan serentak.
d.       Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” banjar kanan kecuali penjuru secara serentak menurunkan lengan dan berdiri dalam sikap sempurna.

Pasal 8

Perubahan Arah :

(1)          Ketentuan umum pelaksanaan perubahan arah gerakan ditempat tanpa senjata diatur sebagai berikut:
a.            Semua gerakan diawali dari posisi sikap sempurna.
b.           Gerakan perubahan arah meliputi:
1.           Hadap kanan.
2.           Hadap kiri.
3.           Serong kanan.
4.           Serong kiri.
5.           Balik kanan.

(2)      Urutan kegiatan hadap kanan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
          a.       Aba-aba “HADAP KANAN = GERAK”.
b.      Saat aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang di depan kaki  kanan dengan lekukan kaki kiri  berada di ujung kaki kanan, berat badan berpindah ke kaki kananpandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Tumit kaki kanandan badan diputar ke kanan 90 ºdengan poros tumit kaki kanan.
d.      Kaki kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan seperti dalam keadaan sikap sempurna.

(3)      Urutan kegiatan hadap kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Aba-aba “HADAP KIRI = GERAK”.
b.       Saat aba-aba pelaksanaan kaki kanandiajukan melintang di depan kaki  kiri dengan lekukan kaki kanan berada di ujung kaki kiri, berat badan berpindah ke kaki kiripandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Tumit kaki kiridan badan diputar ke kiri 90 º dengan poros tumit kaki kiri.
d.      Kaki kanan dirapatkan kembali ke kaki kiri seperti dalam keadaan sikap sempurna.

(4)      Urutan kegiatan hadap serong kanan diatur dengan ketentuan sebagai   berikut:
a.      Aba-aba “HADAP SERONG KANAN = GERAK”.
b.       Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri digeser sejajar dengan kaki kanan, berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Kaki kanan dan badan diputar  ke kanan 45º dengan poros tumit kaki kanan.
d.       Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan dengan tidak diangkat.

(5)      Urutan kegiatan hadap serong kiri diatur dengan ketentuan sebagai        berikut:
a.            Aba-aba “HADAP SERONG KIRI = GERAK”
b.           Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan digeser sejajar dengan kaki kiri, berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c.            Kaki kiri dan badan diputar  ke kiri 45º dengan poros tumit kaki kiri.
d.           Tumit kaki kanan dirapatkan ke tumit kaki kiridengan tidak diangkat.

(6)      Urutan kegiatan balik kanan diatur sebagai  berikut:
          a.       Aba-aba “BALIK KANAN = GERAK”.
b.       Kaki kiri diajukan melintang di depan kaki kanan, lekukan kaki kiri di ujung kaki kanan membentuk huruf ”T” dengan jarak satu  kepalan tangan, tumpuan berat badan berada di kaki kiri, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus  kedepan.
c.       Kaki kanan dan badan diputar  ke kanan 180º dengan poros tumit kaki kanan.
d.       Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan tidak diangkat, (kembali seperti dalam  keadaan sikap sempurna).



Pasal 9

Membuka/menutup barisan:

(1)      Ketentuan Buka barisan.
a.       Diawali dari posisi sikap sempurna dengan formasi berbanjar.
b.       Aba-aba  adalah“BUKA BARISAN = JALAN”.
c.       Pada aba-aba pelaksanaan banjar kanan dan kiri melangkah satu langkah ke samping kanan dan kiri, sedangkan banjar tengah tetap ditempat.





(2)      Ketentuan tutup barisan.
a.       Diawali dari posisi sikap sempurna dengan formasi berbanjar.
b.       Aba-aba adalah“TUTUP BARISAN =JALAN”.
c.       Pada aba-aba pelaksanaan banjar kanan dan kiri melangkah satu langkah ke samping kanan dan kiri, sedangkan banjar tengah tetap di tempat.

Pasal 10
Gerakan jalan ditempat:

(1)      Ketentuan umum.
          Jalan ditempat diawali dari posisi berdiri sikap sempurna.
Aba-aba jalan ditempat adalah “JALAN DI TEMPAT= GERAK”.

(2)      Urutan pelaksanaan jalan ditempat.
a.       Saat aba-aba pelaksanaan kaki kiri dan kanan diangkat secara bergantian dimulai dengan kaki kiri.
b.       Posisi lutut dan badan membentuk sudut 90º(horizontal).
c.       Ujung kaki menuju kebawah.
d.       Tempo langka sama dengan langkah biasa.
e.       Badan tegak pandangan mata lurus ke depan.
f.        Lengan lurus dirapatkan pada badan dengan tidak dilenggangkan.

(3)      Aba-aba “HENTI = GERAK”.
a.       Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah lalu ditambah satu langkah.
b.       Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan/kiri menurut irama langkabiasa dan mengambil sikap sempurna.


0 Response to "BAB II GERAKAN DITEMPAT TANPA SENJATA"

Posting Komentar